Saat aku mengikat diriku sendiri dalam pandangan dan pikiran, aku menemukan bahwa makhluk malang itu telah mati kerena kelaparan di dekat aliran sungai dan kelaparan di tengah ladang yang subur. Ayunan kehidupan seperti seseorang yangkaya dan terkunci dalam kamar bertembok besi yang kokoh.
Di depan mataku aku melihat sangkar itu tiba-tiba beruabah menjadi kerangka manusia yang berlumur darah dari luka yang dalam yang terlihat seperti bibir seorang manusia sebuah suara datang dari luka itu “Aku adalah hati manusia, tawanan subtansi dan korban hukum duniawi. Dalam ladang keindahan tuhan, di ujung aliran kehidupan, aku dipenjarakan dalam sangkar yang di buat manusia.
Di tengah kehidupan ciptaan, aku mati terabaikan karena aku dijauhkan dari menikmati kebebasan tuhan. Semua keindahan yang membangunkan cinta dan harapanku adalah aib bagi anggapan manusia, semua kebaikan yang ku inginkan sia-sia menurut penghakimannya. Aku adalah hati manusia yang tersesat, terpenjara dalam ruang bawah tanah yang kotor dengan peraturan manusia. Terikat rantai kekeuasaan duniawi, mati dan terlupakan oleh tawa umat manusia yang lidahnya terikat dan yang matanya menerawang kosong dan berkaca-kaca.
Semua kata-kata itu ku dengar dan aku melihat mereka muncul dengan aliran darah dari hati yang terluka. Ada lagi yang dikatakan, namun mata berkabut ku dan jiwa menangisku mencegah penglihatan dan pendengaranku.
------ K. G-----
EmoticonEmoticon