PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan salah
satu wujud dari ketiga makhluk hidup yang disebut animal intelektualitas. Perbedaan
khas itu ditandai oleh manusia yang memiliki kodrat, selain memiliki
seperangkat peralatan jasmaniah, seperti panca indra dan tubuh, juga dilengkapi
oleh tuhan dengan seperangkat peralatan jasmaniahh. Selain memiliki naluri yang
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan binatang, manusia juga memiliki
sifat rohaniah yang disebut akal dan budi.
Konsep dasar filsafat
ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta kaitannya dengan
implementasi kehidupan sehari-hari. Berikutnya dibahas pula tentang
karakteristik filsafat, ilmu dan pendidikan serta jalinan fungsional antara
ilmu, filsafat dan agama. Pembahasan filsafat ilmu juga mencakup sistematika,
permasalahan, keragaman pendekatan dan paradigma (pola pikir) dalam pengkajian
dan pengembangan ilmu dan dimensi ontologis, epistomologis dan aksiologis.
Selanjutnya dikaji mengenai makna, implikasi dan implementasi filsafat ilmu
sebagai landasan dalam rangka pengembangan keilmuan dan kependidikan dengan
penggunaan alternatif metodologi penelitian, baik pendekatan kuantitatif dan
kualitatif, maupun perpaduan kedua-duanya.
Filsafat dan ilmu pada
dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun
historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat
telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan
mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa
perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori
ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang
berkaitan dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.
Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir
dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi.
Maka Filsafat Ilmu
menurut Jujun Suriasumantri merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu
pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Dalam pokok bahasan ini akan diuraikan pengertian filsafat ilmu, dan obyek yang
menjadi cakupannya
1.2
Rumusan Masalah
a)
Apa yang dimaksud dengan Filsafat dan
Pengetahuan Filsafat ?
b)
Apa saja Ruang Lingkup Filsafat Ilmu ?
1.3 Tujuan
a)
Mengetahui apa yang dimaksud dengan
Filsafat dan Pengetahuan Filsafat.
b)
Mengetahui Ruang Lingkup Filsafat Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa
ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat
berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia
yang berarti philos = cinta, suka
(loving) dan Sophia = pengetahuan,
hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta
kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap
orang yang berfilsafah akan menjadi bijaksana.
Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut filsuf. Dari segi praktis
filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir.
Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Pengertian ilmu yang
dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar
antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan
waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara
menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu
proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…”
Menurut Robert Ackerman
filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual. Lewis White Beck, memberi pengertian bahwa filsafat ilmu membahas
dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Menurut A. Cornelius
Benjamin filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang merupakan
telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya
dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu
adalah penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan
hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Menurut May Brodbeck
filsafat ilmu adalah analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan
dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. Peter Caws Filsafat ilmu
merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang
filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan kesalahan.
Filsuf adalah orang
yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Ringkasnya filsafat adalah hasil akal seseorang manusia yang memikirkan dan
mencari suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu.
Stephen R. Toulmin
mengemukana bahwa sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.
Dari uraian di atas
akan diperoleh suatu gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan
yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud
yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimpanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mengadakan pengetahuan yang benar?
Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
Untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural
yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional ?
2.2 Obyek Filsafat Ilmu
Imam Raghib
al-Ashfahani mengatakan bahwa ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan
hakekatnya. Ia terbagi dua, pertama mengetahui inti sesuatu itu, kedua
menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada atau menafikan sesuatu yang
tidak ada, maksudnya mengatahui hubungan sesuatu dengan sesuatu.
Louis Kattsoff
mengatakan bahasa yang dipakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
beberapa hal saling melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba
untuk berbicarakan mengenai ilmu pengetahuan dan bukannya dalam ilmu
pengetahuan. Namun apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuan mungkin penting
pula bagi seorang filsuf.
Dari sudut pandang
lainnya Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa ilmu dapat pula dibagi menjadi dua
bagian yaitu ilmu rasional dan dokrinal. Ilmu rasional adalah ilmu yang didapat
dengan akal dan penelitian, sedangkan ilmu dokrinal merupakan ilmu yang
didapatkan dengan memberitakan wahyu dan nabi.
Pada dasarnya setiap
ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang
dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh adalah obyek material ilmu
kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah metode untuk memahami obyek material
tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif.
Filsafat sebagai proses
berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek material dan obyek
formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik mencakup ada yang
tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris,
sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf membagi
obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris,
yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek
formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional
tentang segala yang ada.
2.3 Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pada dasarnya , setiap
ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek
material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh
manusia adalah objek material ilmu kedokteran. Filsafat sebagai proses berpikir
yang sistematis dan adil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek
material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang
tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat
atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran,
dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut
pandang yang menyeluruh, radiakal dan rasional tentang segala yang ada. Setelah
berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain
bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan
kegunaan yang peraktis.inilah peroses terbentuknya ilmu secara bersenambungan
.Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut
pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.
Pada bagian lain
dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat
haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat tersebut.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan
suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan.
Karena itu filsafat
oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah,
ilmu-ilmu moderen dan kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati
ilmu dan sekaligus buahnya, yaitu teknologi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah
menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu
adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan
terkotak dalam satu bidang tertentu.
Di sisi lain,
perkembangan ilmu yang sangat cepat tidak saja membuat ilmu semakin jauh dari
induknya,tetapi juga mendorong munculnya arogansi dan bahkan
kompartementalisasi yang tidak sehat antara satu bidang ilmu dengan yang lain.
Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar
tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Falsafat sepatutnya
mengikuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan
radikal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif
dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu. Mendalami unsur-unsur
pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan
tujuan ilmu.
Memahami sejarah
pertumbuhan, perkembangan,dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. Menjadi pedoman bagi
para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama
untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
Mendorong pada calon
ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
mempertegas bahwa dalam persoalan sumberdan tujuan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan. Ilmu pada perinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari
pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu dapat merupakan
suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual.pengetahuan filsafat,
yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan
spekulatif.
Pengetahuan filsafat
lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan
cara berhubungan dengan sesama manusia,yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
Dari sisi lain Raghib
al-Asfahani juga membagi ilmu sebagai ilmu teoritis dan aplikatif. Ilmu
teoritis berarti ilmu yang hanya membutuhkan pengetahuan tentangnya. Jika telah
diketahui berarti telah sempurna, seperti ilmu tentang keberadaan dunia.
Sedangkan ilmu aplikatif adalah ilmu yang tidak sempurna tanpa dipraktikkan, seperti
ilmu tentang ibadah, akhlak dan sebagainya.
Pengetahuan berkembang
dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah
satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Dia
memikirkan hal-hal baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan
hidup, namun lebih dari itu.manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi
makna kepada kehidupan, manusia” memanusiakan diri dalam hidupnya” dan masih
banyak lagi pernyataan semacam ini, semua itu pada hakikatnya menyimpulkan
bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu.
Dengan menjelaskan
kesulitan-kesulitan yang terdapat dalam pikiran. Kesulitan tersebut adalah
pendapat yang mengatakan bahwa tiap-tiap kejadian dapat diketahui hanya benar
segi subjektif. Dengan jalan memberi pertimbangan-pertimbangan yang positif,
menurut Rasjidi, umumnya orang beranggapan bahwa tiap-tiap benda mempunyai satu
sebab. Contohnya apa yang menyebabkan Ahmad menjadi sakit.
Berpikir merupakan
suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis
pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan
itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan
pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan
pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran namun masalahnya tidak hanya sampai
di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
espistemologi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat itu bersifat
universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek
material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya,
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin
tertentu Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari
segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif.
Filsafat dan ilmu
adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis,
karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah merubah
pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari pandangan mitosentris
menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut membawa perubahan yang cukup
besar dengan ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang
menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan
dengan makro kosmos maupun mikrokosmos.
Dari sinilah lahir
ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi
dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa
manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari segala ilmu membangun kerangka berfikir
dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiologi.
Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistimologi (filsafat ilmu
pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah).
DAFTAR PUSTAKA
1. Mustofa,
Filsafat Islam, 2004, Bandung: Pustaka Setia
2. Jerome
R. Ravertz, Filsafat Ilmu Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan, 2004,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
3. Jujun
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 2005, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
4. Yusuf
Qardhawi, Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, 1998, Jakarta:
IKAPI
EmoticonEmoticon