BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manajemen krisis dan
komunikasi krisis adalah dua hal yang sangat penting dalam Manajemen Public
Relations. Hal itu terjadi dikarenakan krisis menempatkan brand, baik individu
maupun perusahaan di bawah “lampu sorot”. Banyak studi kasus yang telah membuktikan
bahwa krisis membangun perhatian luar biasa, dan komunikasi krisis yang baik
membuka kesempatan yang sangat besar untuk membangun citra dan reputasi suatu
perusahaan.
Seperti diketahui,
kemajuan teknologi media, akan dengan mudah dan cepat menyampaikan informasi
krisis ke seluruh penjuru dunia. Berita mengenai krisis, isu miring, ataupun
berita negatif akan dengan cepat menyebar kemana-mana. Teknologi internet yang
kini menjadi bagian dari kehidupan menyebabkan mudahnya public memperoleh
informasi. Penyebab terjadinya krisis adalah karena keterbatasan manusia
mengatasi berbagai tuntutan lingkungan atau kegagalan teknologi tinggi. Musibah
lainnya yang dapat menyebabkan krisis adalah bencanaalam, pemogokan masal,
kebakaran, kecelakaan, ancaman pengambil alihan perusahaan, kebijakan baru yang
merugikan, skandal, resensi ekonomi, dan sebagainya.
Hampir semua organisasi/perusahaan
pernah mengalami krisis, wajar apabila kemudian sekarang ini timbul kesadaran
dari pimpinan perusahaan/organisasi bahwa mereka memerlukan kesiapan tersendiri
untuk menghadapi krisis, terutama yang berkaitan dengan media relations atau
hubungan dengan pers. Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai
peluang yang baik bagi para praktisi Public Relations didalam perusahaan
/organisasi. Menurut H.Fanyo, Salah satu target kegiatan Public Relations
adalah menghadapi krisis (facing of crisis). Menangani keluhan (complain) dan
menghadapi krisis dan Public Relations recovery of image yang bertugas
memperbaiki lost of image and damage.
Setiap organisasi perlu
membentuk sebuah tim manajemen krisis yang permanen. Struktur tim tersebut bisa
saja berlainan dari satu organisasi ke organisasi lainnya, bergantung dari
jumlah staf , letak geografis, dan karakteristik sektor usahaatau bidang yang
digeluti oleh organisasi yang bersangkutan. Sebuah tim manajemen krisis
biasanya terdiri dari seorang direktur , manajer PR, manajer operasional,
petugas keamanan dan pejabat personalia. Tim ini hendaknya dibuat semaksimal
mungkin agar masing-masing anggotanya mudah berkomunikasi satu sama lainnya.
Bila salah satu diantara mereka berhalangan anggota-anggota tim yang lainnya
bisa menunjuk satu atau beberapa deputi. Mereka ini harus mudah untuk dihubungi
oleh siapa saja,kapan saja dan dimana saja, serta senantiasa siap sedia
melakukan tindakan-tindakan drastis tertentu guna menanggulangi krisis yang
akan terjadi. Memang, dalam keadaan darurat, kita tidak mengharapkan anggota
tim hadir secara lengkap.
Dalam menangani krisis
Public Relations, hendaklah mengikuti salah satu prosedur operasional standar
berkenaan dengan cara berkomunikasi dengan publik melalui media massa. Begitu
krisis terjadi, maka media massa akan cepat berusaha mengali informasi
sebanyak-banyaknya. Krisis memang tidak terduga datangnya. Namun pada saat
krisis, justru kita kerap menjadi perhatian media massa. Krisis merupakan
peristiwa yang bernilai berita. Pada saat krisis, media massa akan menyoroti
perusahaan/organisasi lebih dari pada sebelumnya. Itu sebabnya ada pendekatan
dan praktik tersendiri dalam media relations untuk menangani krisis.
Sehubungan dengan
masalah krisis, orang yang mempunyai peranan penting untuk mengembalikan citra
perusahaan yang baik adalah seorang Public Relations (Humas). Seorang PR tidak
hanya harus mempunyai technical skill dan managerial skill dalam keadaan
normal, tapi PR juga harus memiliki kemampuan dalam mengantisipasi, menghadapi
atau menangani suatu krisis kepercayaan (crisis of trust) dan penurunan citra
(lost of image) yang terjadi. Selanjutnya yang merupakan tantangan berat adalah
pemulihan citra positif (recovery of image) masyarakat terhadap kepercayaan
perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa
yang dimaksud Krisis dan Manajemen Krisis?
b. Apa
saja faktor-faktor penyebab Krisis?
c. Bagaimana
Merespon sebuah krisis?
1.3
Manfaat
Dengan masalah tersebut kita dapat mengambil manfaat berupa:
a. Mengetahui
definisi Krisis dan Manajemen Krisis
b. Mengetahui
Faktor Penyebab Krisis
c. Mengetahui
strategi menghadapi krisis.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Krisis Dan Manajemen Krisis
Kata krisis berasal
dari bahasa Yunani krisis (kpion), yang berarti “keputusan”. Ketika krisis
terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan bergerak ke kiri,
atau bergeser ke kanan, ke bawah atau ke atas, bertarung atau melarikan diri.
Dalam bahasa Cina, krisis diucapkan dengan wei-ji dan mempunyai dua arti, yaitu
“bahaya” dan “peluang”. Two side in the same coin.
Krisis Public Relations
adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap
reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Banyak perusahaan berpikir bahwa
krisis Public Relations hanya akan menyerang perusahaan besar, padahal krisis
dapat menyerang siapa aja, baik individu, organisasi, maupun perusahaan, kapan
dan di mana saja. Steven Fink dalam Crisis Management Planning for the
Inevitable mendefinisikan krisis se-bagai berikut “A crisis is an unstable time
or state of affairs in which a decisive change is impending-either one with the
distinct possi-bility of a highly desirable and extremely positibe outcome, or
one with the distinct possibility of a highly undesirable outcome. It is
usually a 50-50 proposition, but you can improve the odds ”.
Fearn-Banks (1996:1)
mendefinisikan krisis sebagai “a major occurrence with a potentially negative
outcome affecting an organization, company or industry, as well as its publics,
products, services or good name”. Biasanya sebuah krisis mengganggu transaksi
normal dan kadang mengancam kelangsungan hidup atau keberadaan organisasi.
Krisis pada dasarnya adalah sebuah situasi yang tidak terduga, artinya organisasi
umumnya tidak dapat menduga bahwa akan muncul krisis yang dapat mengancam keberadaanya.
Sebagai ancaman yang harus ditangani secara cepat agar organisasi dapat
berjalan normal kembali setelah itu. Krisis membawa keterkejutan dan sekaligus
mengancam nilai-nilaipenting organisasi serta hanya ada waktu yang singkat
untuk mengambil keputusan.
Shrivastava dan Mitroff
(1987) mendefiniskan krisis perusahan sebagai “Events that threaten their most
important goals of survival and profitability”. Krisis menurut mereka
diasosiasikan dengan kerusakan yang berskala luas terhadap kehidupan manusia,
lingkungan alam dan institusi social dan politik. Krisis menurut Linke
(Linke,1989) juga merupakan suatu ketidaknormalan dari konsekuensi negatif yang
mengganggu operasi sehari-hari sebuah organisasi.
Bagi Barton, (1993)
“Sebuah krisis adalah peristiwa besar yang tidak terduga yang secara potensial
berdampak negatif terhadap organisasi dan publiknya. Peristiwa ini mungkin
secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan, produk dan jasa yang
dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.”
Krisis juga dianggap sebagai “turning
point in history life”, yaitu suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya
memberikan pengaruh signifikan, kearah negatif maupun positif, tergantung
reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu
bangsa.
Krisis dapat terjadi
secara alamiah, tidak terprediksi dan tidak selalu merupakan hal buruk. Hasil
riset menunjukkan hasil bahwa ternyata outcome dari situasi krisis memberikan
skor yang berimbang atau sama antara yang positif (seperti yang diharapkan) dan
yang negatif (yang tidak diharapkan). Dalam menghadapi krisis, optimisme untuk
menyusun langkah-langkah agar dapat keluar dari krisis merupakan modal utama.
Pemberitaan media massa yang menggiring kearah sisi negatif harus diseimbangkan.
Hal penting yang dapat dilakukan adalah mempengaruhi pola pikir masyarakat
bahwa krisis tidak selalu memiliki sisi negatif, tetapi juga sisi positif.
2.2
Faktor-faktor Penyebab Krisis
Krisis tidak bisa
diprediksi datangnya. Jalan terbaik untuk menghadapinya adalah mengetahui dan
membuat perencanaan. Menurut Firsan Nova dalam bukunya Bagaimana Public
Relations (Humas) Menangani Krisis Perusahaan, krisis terjadi karena disebabkan
oleh hal-hal di bawah ini :
a.
Krisis karena bencana alam
Tipe
paling relevan dari krisis adalah disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam
seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir,dan kebakaran dapat terjadi
di lingkungan sekitar kita dan manu-sia selalu tidak berdaya menghadapinya.
Contoh: Tsunami Aceh dan Gempa bumi Yogyakarta.
b.
Krisis karena kecelakan Industri
Krisis
karena kecelakaan industri cukup bervariasi, mulai dari mesin yang tidak berfingsi
sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis ini terjadi
maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada. Kecelakaan industri yang dapat menyebabkan kematian
biasanya menjadi magnet bagi media. Salah satu contoh kasusnya semburan lumpur
Lapindo yang mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
c.
Krisis karena produknya yang kurang
sempurna
Dalam
bisnis perusahaan menghasilkan produk yang terdiri dari barang (goods) dan jasa
(service). Barang dan jasa juga memiliki potensi krisis. Hal ini mungkin saja
terjadi karena produk yang dihasilkan cacat (defect) atau kurang sempurna,
Walaupun sebelumnya perusahaan telah melakukan riset dan teknik pengembangan
produk. Salah satu contoh kasus krisiskarena produk yang kurang sempurna adalah
konsumen nilai Honda Vario gagal pada tahun 2007.
d.
Krisis karena persepsi publik
Saat
krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya mungkin akan menjumpai krisis lain
karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik. Inilah yang
menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat ganda, baik dari segi keuangan
maupun moral karyawan karena citra perusahaan yang terus memburuk. Krisis
karena persepsi publik biasanya disebabkan kerena perusahaan melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan norma yang ada di masyarakat atau yang bertentangan
dengan keinginan dan kepentingan publik. Salah satu contoh kasus krisis karena
persepsi publik adalah kinerja PLN di mata konsumen.
e.
Krisis karena hubungan kerja yang buruk
Hubungan
kerja yang buruk antara pekerja dan perusahaan dapat menjurus pada krisis
besar. Krisis ini dapat mengarah pada kondisi tidak terkendali yang serius
dalam operasional perusahaan. Kekuatan pekerja dapat memaksa industri untuk tutup
sehingga perusahaan terpaksa bertindak agresif. Hubungan antara pekerja dan
perusahaan seharusnya dijaga agar tidak sampai pada level saling merusak. Salah
satu contoh krisis karena hubungan kerja yang buruk adalah pada saat karyawan
Sampoerna demo, Raya Rungkut industry lumpuh pada pada tahun 2008.
f.
Krisis karena kesalahan strategi bisnis
Penyebab
utama dari krisis ini adalah perencanaan atau implementasi strategi bisnis yang
keliru atau tidak tepat, yang dilakukan oleh manajemen. Krisis jenis ini
biasanya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini terjadi karena pergeseran
pasar mendadak yang tidak diantisipasi oleh manajemen, kegagalan untuk
menyesuaikan dengan kebijakan pasar, krisis globalyang secara tidak langsung
berimbas pada bisnis perusahaan. Walaupun tidak dapat diprediksi sebelumnya,
manajemen harus bertanggung jawab atas krisis tersebut. Salah satu contoh kasus
krisis karena ke-salahan strategi bisnis adalah kasus perusahaan Enron yang
arus menanggung kerugian tidak kurang dari $50 miliar pada tahun 2002.
g.
Krisis karena terkait masalah kriminal
Krisis
yang terkait masalah kriminal belakangan sering terjadi.Krisis jenis ini
merupakan ancaman besar untuk beberapa industry, seperti pariwisata, perbankan
dan penerbangan, Contoh krisis ini antara lain terorisme, pembajakan,
kekerasan, perjudian, pemalsuan dan pencurian. Krisis ini membutuhkan respon
yang tepat karena menjadi magnet media.
h.
Krisis karena pergantian manajemen
Terkadang
perubahan dalam organisasi dianggap sebagai suatu krisis. Beberapa perusahaan
menempatkan CEO mereka sebagai figur penting tidak tergantikan sehingga
kepergiannya betul-betul meninggalkan krisis. Beberapa perusahaan perlu
menyiapkan rencana pergantian pimpinan sehingga krisis semacam itu tidak perlu
terjadi. Berikut contoh krisis karena pergantian manajemen, pada saat Menteri
Perhubungan mengusulkan pergantian manajemen PT KAI pada tahun 2005.
i.
Krisis karena persaingan bisnis
Ketatnya
persaingan bisnis dapat menyebabkan persaingan bisnis ini menjadi semakin sering
terjadi. Beberapa perusahaan yang memonopoli pasar dapat mengontrol pasar dan
menyerang pesaing . Contoh kasus krisis karena persaingan bisnis adalah salah
satunya Micrososft tersandung kasus monopoli di tahun 2008.
j.
Krisis keuangan
Krisis
keuangan adalah krisis yang terjadi karena perusahaan mempunyai masalah cash
flow atau likuidasi jangka pendek dan kemungkinan pailit di masa yang akan
datang. Krisis keuangan yang terjadi di Amerika sepanjang tahun 2008 membuat
banyak perusahaan bangkrut. Sebut saja Lehman Brothers, AIG, dan lain-lain.
k.
Krisis Public Relations
Krisis
Public Relations sering disebut krisis komunikasi, terjadi karena disebabkan
pemberitaan negatif yang kemudian berimbas negatif pada bisnis perusahaan.
Pemberitaan media atau isu yang beredar bisa jadi benar atau mungkin saja
tidak, tetapi berpotensi mempengaruhi citra seseorang atau perusahaan. Salah
satu tugas Public Relations adalah mengklarifikasi pemberitaan di media yang
tidak seimbang atau yang memojokkan perusahaan Salah satu contoh kasus krisis
public relations adalah ketika Uni Eropa meneruskan larangan terbang maskapai
Indonesia pada tahun 2008.
l.
Krisis strategi
Krisis
strategi adalah perubahan dalam lingkungan bisnis yang menyebabkan kelangsungan
hidup perusahaan terganggu. Perusahaan sebaiknya memiliki rencana dalam
menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang justru akan membuat perusahaan
terperosok jauh dalam krisis. Mereka harus tahu skenario terburuk yang akan
terjadi dan mempunyai contingency plan dalam menghadapinya. Salah satu contoh
kasus krisis strategi adalah perusahaan penerbangan Adam Air.
Kesimpulan dari semua penyebab krisis
yang telah dibahas di atas, masuk dalam empat kategori, yaitu bencana alam,
masalah teknis, kesalahan manusia (human error), dan keputusan manajemen
(manajemen tidak dapat mengambil keputusan yang tepat). Namun, kebanyakan
krisis berada pada kategori terakhir.
2.3
Strategi Public Relations dalam Merespons Krisis
Perusahaan sebaiknya
selalu memiliki rencana dalam menghadapi krisis dan menghindari keputusan yang
justru akan mebuat perusahaan terperosok lebih jauh dalam krisis. Mereka harus
tahu skenario terburuk yang akan terjadi dan harus mempunyai contingency plan
dalam menghadapinya. Apabila pencegahan krisis tidak berhasil maka menurut enam
langkah berikut segera harus di ambil :
1.
Melakukan Penilaian yang objektif terhadap
penyebab Krisis
2.
Menentukan apakah penyebab terjadinya krisis
memiliki dampak jangka panjang atau hanyalah fenomena sesaat.
3.
Perhitungkan setiap kejadian dalam krisis
dengan cermat sehingga setiap peristiwa yang terjadi dapat diantisipasi dengan
baik.
4.
Memusatkan perhatian pada upaya menyelesaikan
masalah.
5.
Memanfaatkan setiap peluang yang ada
untuk memperbaiki keadaan.
6.
Segera bertindak untuk melindungi cash
flow perusahaan.
Beberapa yang harus diperhatikan oleh
Public Relations dalam merespon krisis adalah :
1.
Perencanaan Pra-krisis
Manajemen
krisis membedakan situasi krisis menjadi prakrisis dan krisis. Situasi
pra-krisis adalah situasi yang tenang dan stabil, tanpa tanda-tanda terjadinya
krisis.Situasi krisis dirinci dalam tahap-tahap peringatan, akut, kronik, dan
pengakhiran.Pada tahap peringatan, hadir tanda-tanda awal mengindikasikan
kemungkinan terjadinya krisis, misalnya menurunnya produktifitas kerja karyawan
dan penurunan penjualan. Pada tahap akut terjadi kerusakan, pada tahap kronik
akan berlanjut lebih parah, dan pada tahap pengakhiran, krisis berakhir atau
tera-tasi. Perencanaan pra-krisis dapat dilakukan dengan membentuk tim yang
bertanggung jawab dalam mengelola krisis. Masing-masing orang di dalam tim
memiliki tanggung jawab yang spesifik dan tugas yang jelas.Lebih dari itu,
kontak akan dibuat agar komunikasi bisa terjadi dengan cara dan waktu yang
tepat, tanpa perlu mencari tahu.siapa yang harus dihubungi dan bagaimana
menghubungi mereka di saat krisis. Perencanaan krisis yang baik akan membantu
Public Relations memahami bagaimana cara mengelola krisis.
2.
Upaya Penanggulangan krisis
Public
relations di dalam manajemen krisis dapat menanggulangi krisis dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
ü Peramalan krisis (forecasting)
Manajemen
krisis bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor ketidakpastian
seminal mungkin.Setiap perusahaan menghadapi masa depan yang selalu berubah dan
arah perubahannya tidak bisa diduga. Untuk itu peramalan terhadap krisis
dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengindentifikasi dan menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman (threat)
yang terjadi di dunia bisnis. Untuk memudahkannya manajemen dapat melakukan
peramalan dengan memetakan krisis pada peta barometer krisis.
ü Pencegahan krisis (prevention)
Langkah-langkah
pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra-krisis. Untuk mencegah
kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak dapat dicegah, manajemen
harus mengupayakan agar krisis tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Untuk itu, begitu terlihat tanda-tanda kritis, segera arahkan ke tahap
penyelesaian.
ü Intervensi krisis (intervention)
Langkah
intervensi dalam situasi krisis tujuannya adalah untuk mengakhiri krisis
pengendalian terhadap kerusakan dilakukan pada tahap akut. Langkah-langkah
pengendalian terhadap kerusakan diawali dengan identifikasi, isolasi,
(pengucilan), membatasi (limitation), menekan (reduction) dan diakhiri
pemulihan (recovery).
3.
Penyelesaian krisis
Untuk
menyelesaikan krisis, manajemen harus memiliki crisis manajemen plans yang
didesain secara teliti untuk menghadapi berbagai level krisis yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu jika terjadi kondisi kritis, perusahaan dapat
mengidentifikasikan dan merespon dengan baik. Melalui persiapan yang matang,
pemimpin dapat memerintahkan bagaimana dan apa sebaiknya dilakukan saat krisis
terjadi, Mengan-tisipasi krisis dapat dilakukan dengan menggunakan perencanaan
strategi dan manajemen resiko. Setiap krisis harus dihadapi secara serius oleh
pimpinan dan disampaikan kepada public secara jujur. Pemimpin harus belajar
dari setiap krisis yang terjadi.
Ketika terjadi krisis,hal-hal yang harus
dilakukan oleh Public Relations antara lain mengemas informasi terhadap publik
dapat dilakukan dengan cara :
1.
Instructing
Information
Informasi
yang pada dasarnya berisi petunjuk atau pedoman apa yang harus dilakukan oleh
publik atau bagaimana publik bertindak dalam krisis. Misalnya pada kasus
likui-dasi bank. Publik yang disasar bukan hanya publik eksternal tetapi juga
internal, yakni karyawan, keluarga karyawan, direksi, pemegang saham/investor.
2.
Adjusting
Information
Informasi
yang memungkinkan publik untuk mengatasi masalah-masalah emosional mereka. Misalnya
pada kasus jatuhnya pesawat terbang, keluarga penumpang perlu diberi informasi
yang jelas dan akurat tentang kondisi terkini atau perkembangan kecelakaan
tersebut. Tetapi ten-tunya isi pesannya berbeda, karena dibutuhkan empati yang
luar biasa dalam hal ini.
3.
Internalizing
Information
Informasi yang
akan diserap khalayak yang pada akhirnya akan membentuk penilaian public
terhadap sebuah organisasi dalam jangka panjang.Isi komunikasi biasanya
menyangkut inti krisis yang sedang dihadapi organisasi. Langkah-langkah yang
sedang ditempuh perusahaan, dan sebagainya.
Publik perlu mengetahui hal ini, karena
ini menyangkut kepercayaan publik pada perusahaan. Biasanya Public Relations
akan menggelar jumpa pers atau press conference dan mengundang media untuk
menghadiri, kemudian ada tim krisis dari crisis centre perusahaan dan kemudian
narasumber utama dari pimpinan perusahaan dan keluarga korban (kalau ada) dan
tentunya Public Relations tetap ada untuk memantau dan membuat report atas
krisis tersebut. Dan satu hal yang tidak bisa dihindari dan masih jarang
dilakukan Public Relations di Indonesia (kecuali Public Relations dari
corporate yang besar) adalah HP atau mobile phone harus selalu aktif 24 (dua
puluh empat) jam. Hal ini penting karena me-dia percaya pada perusahan melalui
Public Relations dan dari hubungan mutual understanding ini akan tercipta
mutual benefit yang berguna bagi ke-langsungan hidup organisasi sebagai suatu
organisme sosial yang membu-tuhkan lingkungan internal dan eksternalnya. Yang
diperlukan Public Relations adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi yang
jujur dan terbuka yang berlangsung two way symmetrical (dua arah dan simetris)
dengan publiknya, sehingga aktivitas media relations ter-masuk ketrampilan
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan pers, harus menjadi bagian yang terintegrasi
dalam lingkup pekerjaan Public Relations, bukan hanya ketika krisis terjadi,
maka wartawan pun dilirik.
BAB
3
STUDI
KASUS DAN ANALISA SWOT
3.1
Gambaran umum organisasi
Organisasi
yang akan kami bahas disini adalah organisasi intra kampus yang merupakan salah
satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di Universitas Tribhuwana Tunggudewi Malang.
Organisasi itu adalah Unit Kegiatan Bulutangkis UNITRI.
Yang berdiri
pada tahun 2005 dan masih eksis sampai sekarang.
3.2
Tentang Kegiatan dan Event
Sebagai
salah satu organisasi yang sudah berdiri selama 10 tahun didalam sebuah
universitas, UABT UNITRI memiliki Event Besar yang dilakukan setiap tahunnya.
Event tersebut bernama “UNITRI CUP BADMINTON CHAMPIONSHIP” yang mana pada tahun 2015 ini sudah berumur
10 tahun dan jangkauannya sudah berada ditingkat se-Jawa Timur.
Pada 24 – 28 Maret 2015 kemaren,
Event 10Th UNITRI CUP
BADMINTON CHAMPIONSHIP 2015 berhasil dilaksanakan dengan baik. Tapi pada kenyataannya dalam
sebuah Event besar pastilah terdapat krisis yang melanda organisasi yang
bersangkutan, begitu juga yang dirasakan oleh UABT UNITRI pada saat
penyelenggaraan Event tersebut.
Krisis yang dilanda berasal dari beberapa faktor diantaranya adalah
Masalah finansial, pemilihan waktu, Sponsorship dan lain sebagainya. Tapi dari
beberapa krisis tersebut dapat ditangani dengan tepat hingga Event tersebut
dapat dilaksanakan dengan baik.
3.3 Analisa SWOT
Dari penyelenggaraan Event 10Th UNITRI CUP
BADMINTON CHAMPIONSHIP 2015 dihasilkan analisa sebagai berikut :
1.
Kekuatan
a.
Event tahunan UKM
b. Wadah pembinaan Atlet
2.
Kelemahan
a.
Kepanitiaan / SDM yang baru dan kurang
berpengalaman
b. Peserta yang minim
3.
Kesempatan
a.
Mempromosikan Kampus
b.Membina Hubungan baik dengan Sponsorship (Media, dll)
4.
Ancaman
a.
Biaya yang relatif
mahal untuk peserta SD
b.Ketidak pastian akan kerjasama dengan sponsor (-14 H)
3.4 Strategi pemecahan Krisis
a.
Menilai
semuanya adalah kesalahan objektif bukan Subjektif.
b.
Survei lapangan
terkait masalah krisis, dan didapati penyebab minimnya peserta dikarenakan cara
tersebut berbenturan dengan kegitan O2SN yang juga melibatkan siswa SD.
c.
Masalah
finansial ditanggulangi dengan kesesuaian antara pendaftar dengan uang
pembinaan yang diberikan, apabila pendaftarnya banyak maka uang pembinaan yang
diberikan juga relatif besar dan apabila pendaftar sedikit maka uang pembinaan
yang diberikan juga relatif kecil.
d.
Melakukan
pelatihan dan sosialisasi perwasitan selama 30 hari sebelum pelaksanaan yang
nantinya dapat menghasilkan SDM yang profesional
e.
Mengantisipasi
akan kerjasama denagan sponsorship yang dilakukan dengan cara bording tiket
dengan menaikkan biaya pendaftaran semua katerogi. Hal ini dilakukan
kepanitiaan relatif merasa aman dengan ketidak pastian tersebut.
BAB
4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Krisis tidak bisa menjadi pilihan yang
dapat ditolak oleh organisasi atau perusahaan. Krisis hidup dan terus berkembang
seiring dengan lajunya organisasi dan lajunya komunikasi organisasi tersebut.
Ketika krisis muncul maka peluangnya adalah memanagemen krisis tersebut menjadi
lebih terkendali. Public relations semestinya hadir sebagai bagian dalam
organisasi yang menjembatani antara organisasi dengan publiknya
2.
Keputusan Public Relations bukanlah
keputusan yang mengandalkan intuisi belaka melainkan berdasar pada keputusan
top manajemen dengan dasar pertimbangan dari Public Relations, di-mana posisi
Public Relations seharusnya berdekatan atau memiliki akses langsung dengan top
manajemen. Terlebih jika krisis tengah melanda, karena itu peran dan fungsi
Public Relations yang dewasa ini lebih ditekankan pada membantu pemecahan
masalah di perusahaan, menjadi suatu keharusan
3.
Manajemen Krisis (Crisis Management)
merupakan area keahlian yang harus dimiliki oleh setiap Public Relations, yang
berorientasi kepada masa depan dan mencoba mengantisipasi kejadian yang dapat
mengganggu hubungan-hubungan penting. Public relations memiliki peran dan
fungsi penting dalam merencanakan program persiapan krisis, manajemen krisis
itu sendiri pada waktu terjadi krisis dan strategi setelah krisis selesai
ditanggulangi.
EmoticonEmoticon